"Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya".. ==> “Negeri yang kaya ternak, tidak pernah miskin. Negeri yang miskin ternak, tidak pernah kaya”. -Pepatah Arab-(dalam Campbell dan Lasley, 1985.<==

Alergi Protein Lenyap saat Puber

Kacang alergi pada anak-anak makin meningkat tidak sebanding dengan temuan cara penanganannya. Cara tradisional menyarankan konsumsi kacang selama hamil dan menyusui, diyakini dapat memperkecil kesempatan bayi dan anak anak terkena alergi.

Hasil penelitian lain menyarankan agar anak-anak diimunisasi tanpa suntikan melawan alergi kacang. Caranya adalah dengan menelan protein dosis rendah yang dapat membantu mengurangi sensitifitas terhadap alergi. Ini dilakukan jika sang anak tanpa sengaja menelan kacang-kacangan.

Pada kasus alergi susu, imunisasi nonsuntik sejauh ini cukup berhasil. Sedangkan hasil penelitian lain mengatakan empat dari lima anak-anak yang alergi terhadap telur, susu dan gandum, baru aman mengkonsumsi makanan tersebut pada usia sekolah.Hasil dan saran penangangan alergi itu dipersentasikan pada pertemuan tahunan pusat penelitian alergi, asma dan imunologi (AAAAI), pertengahan Maret.


Dalam lima tahun terakhir alergi kacang pada anak-anak dibawah usia sekolah meningkat di atas 35%.Reaksinya beragam dari mulai muncul bintik-bintik hingga gatal seluruh badan bahkan dapat mengarah ke anaphylaxis, yakni kesulitas bernafas dan hilang kesadaran. Peneliti dari McGill University di Montreal Kanada melakukan survei secara acak terhadap orang tua dan anak-anak dari mulai usia taman kanak-kanak hingga kelas tiga sekolah dasar, dilakukan pada 2000-2002dan dilanjut kembali pada 2005-2007. Sekitar 8 ribu orang tua diikutkan sebagai responden. Sedangkan uji alergi dilakukan melalui kulit. Hasilnya menunjukkan 1,8 persen anak-anak memiliki alergi pada periode 2005-2007, meningkat dibanding periode 2000-2002 yang mencapai 1,3%.

Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perkara alergi akan makin membebani penanganan kesehatan.Sedangkan saran agar wanita hamil mengkonsumsi kacang agar bayi yang dikandung lebih tahan terhadap protein,belum mememukan bukti ilmiah yang menguatkan.

Peneliti dari rumah sakit Fakultas Kedokteran Mt Sinai di New York, memberikan sejumlah kecil kacang pada hewan percobaan yang sedang hamil dan menyusui. Sejumlah sampel lain tidak melakukannya. Bayi hewan percobaan yang lahir dari induk yang mengkonsumsi makanan normal memiliki reaksi alergi. Sedangkan dua dari delapan bayi tikus yang lakir dari induk yang diberi protein memiliki respon alergi yang rendah.

Cara terbaik menghindari alergi, adalah tidak mengkonsumsi makananan penyebabnya. Namun hal itu bukan hal yang mudah mengingat intisari kandungan, bahan kacang terdapat pula dalam jenis makanan yangmenggunakan bahan utama non kacang. Selama beberapa tahun dokter anak imunoterapi, termasuk untuk alergi gigitan serangga dan saluran pernafasan.

Paker alergi dari Duke University Dr Scott David Nash mengenalkan cara lain yang disebutnya oral imunoterapi. Pada penelitiannya, 20 anak alergi kacang usia empat bulan hingga 11 bulan, diberi protein yang dosisnya setara dengan kandungan satu butir kacang. Pada akhir penelitian, anak-anak itu diberi konsumsi makanan dari tepung yang kandungan proteinnya setara 13 butir kacang. Hasilnya, 19 anak atau 95% dari partisipan penelitian dapat mengkonsumsi makanan tanpa menimbulkan reaksi alergi. Sedangkan satu partisipan mengalami kesulitan bernafas dan dapat diatasi dengan epinephrine. Meski anjuran Dr Nash cukup terbukti, sebagian orang tua memilih membiarkan atau menunggu alergi hilang dengan sendirinya. Seperti laporan peneliti Jepang yang  menyodorkan bukti lebih dari 80% anak-anakk yang alergi terhadap telur, susu dan gandum menjadi toleran terhadap makanan tersebut pada usia remaja. [L1].

Popular Posts