"Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya".. ==> “Negeri yang kaya ternak, tidak pernah miskin. Negeri yang miskin ternak, tidak pernah kaya”. -Pepatah Arab-(dalam Campbell dan Lasley, 1985.<==

Kondisi Peternakan Sapi Potong di Indonesia


Info Peternakan.  Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional.  Usaha peternakan rakyat di Indonesia umumnya bersifat tradisional dan metode pengelolaannya masih menggunakan teknologi seadanya dan hanya bersifat sambilan.  Karena itu, hasil yang dicapai tidak maksimal.  Berikut ini beberapa permasalahan yang masih terjadi pada peternakan Indonesia.
 
a.       Produktivitas Rendah

Umumnya, usaha peternakan di Indonesia dilaksanakan sebagai usaha sambilan, disamping usaha pertanian lainnya seperti menanam padi di sawah.  Akbatnya, alokasi tenaga dan pikiran lebih banyak diarahkan pada usaha pokok daripada usaha sampingan.  Sapi-sapi tersebut umumnya dipelihara sebagai tabungan yang akan dijual sewaktu-waktu ketika peternak membutuhkan uang secara mendadak.  Akibatnya, sapi dijual dengan harga rendah karena waktu penjualan nya tidak direncanakan terlebih dahulu.

Faktor lain yang berpengaruh pada rendahnya produktivitas ternak adalah tidak jelasnya tujuan pemeliharaan sapi potong di Indonesia.  Di beberapa Negara maju, pemeliharaan sapi sudah diklasifikasikan dalam dua tujuan utama,  yaitu sebagai ternak potong dan ternak perah.  Di Indonesia, hanya pemeliharaan ternak perah yang sudah demikian jelas.  Sementara itu, peternakan sapi potong biasanya masih dicampuradukkan dengan penggunaan sapi sebagai ternak pekerja.  Akibatnya, sapi-sapi dijual untuk dipotong pada umur-umur yang relative tua karena tenaganya dibutuhkan untuk berbagai keperluan.  Bila sejak awal pemeliharaan sudah ditetapkan sebagai ternak potong, sapi tidak perlu dipelihara selama bertahun-tahun yang membutuhkan biaya pemeliharaan besar.

b.      Populasi Rendah

Seperti sudah disebutkan pada awal uraian, populasi ternak sapi di Indonesia cenderung statis.  Padahal, kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat dan tingkat pendapatannya.  Akibatnya, sampai saat ini kebutuhan daging di dalam negeri masih harus dicukupi oleh pasokan dari luar negeri.  Statistik menunjukkan bahwa jumlah total populasi sapi local di Indonesia tidak pernah menembus angka 10 juta ekor.  Hal ini bertolak belakang dengan Negara tetangga, Australia, yang populasinya di atas 28 juta ekor (data tahun 2003).  Australia memang dikenal sebagai Negara yang lebih banyak sapinya dibandingkan dengan jumlah penduduknya.

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan akibat dari rendahnya produktivitas sapi tersebut.  Tidak teraturnya program perkawinan, kurangnya perhatian pada metode pemberian pakan, pemotongannya yang dilaksanakan tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya populasi sapi potong yang bisa diidentifikasi.

c.       Pasokan Sapi bakalan Tidak stabil

Secara umum, para peternak memperoleh sapi bakalan dari pasar-pasar tradisional di beberapa daerah.  Pada waktu-waktu tertentu terjadi kelebihan pasokan sapi bakalan, tetapi pada waktu lainnya justru terjadi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan yang berlangsung secara musiman, misalnya hari-hari besar keagamaan ataupun upacara adat.  Pada bulan-bulan menjelang Hari Raya Idul Adha, terjadi kekurangan pasokan sapi bakalan karena para peternak ingin mendapatkan berkah tahunan berupa naiknya harga sapi potong di hari raya kurban itu.  Akibatnya, terjadi fluktuasi harga yang cukup tinggi anatar kedua kondisi di atas.  Pada akhirnya, usaha penggemukan sapi potong tidak bisa mencapai skala ekonomis.

Sebenarnya pemerintah sudah mengizingkan impor sapi bakalan dari laur negeri.  Namun, hanya para pengusaha besar yang mampu mengakses kebijakan ini mengingat prosedur dan biayanya yang tidak ringan.  Karena itu, tidak mengherangkan bila sapi-sapi bakalan yang dipelihara bukanlah sapi-sapi bakalan yang ideal dan hasil penggemukan tidak optimal.  Untuk memperbaiki kondisi perlu diupayakan perbaikan tatalaksana pemeliharaan serta perencanaan usahanya.

d.      Pasokan pakan Ternak Belum Mencukupi

Pasokan pakan ternak sapi berupa hijauan sangat tergantung pada musim.  Pada musim huja, jumlah pakan akan melimpah.  Sebaliknya, pada musim kemarau peternak akan kesulitan mendapatkan pakan.  Untuk mencukupi kebutuhan pakan (baik hijauan maupun konsentrat), peternak perlu menanam tanaman pakan ternak secara berkelanjutan.  Selama ini, kebanyakan peternak hanya mengandalkan tanaman pakan dai lahan-lahan kosong di sekitarnya.

e.       Pengetahuan tentang Teknologi Peternakan Masih Rendah

Di atas semua masalah itu, sebenarnya masalah utama yang terjadi pada hamper semua peternak di Indonesia adalah rendahnya pengetahuan tentang cara beternak yang benar.  Seringkali ditemui di lapangan, seorang peternak tidak mengetahui waktu yang tepat untuk mengawinkan sapi potongnya.  Selain itu, pemberian pakan umumnya dilakukan secara trial and error, tanpa tahu kandungan gizi bahan pakan yang cukup.

Tidak bisa tidak, para peternak harus selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya dalam beternak.  Mereka juga tidak boleh ragu-ragu mempraktikkan pengetahuannya tersebut.  Tanpa itu, sector peternakan di Indonesia tidak akan pernah mengalami kemajuan yang berarti, atau bahkan semakin tenggelam.

Namun, pemilihan teknologi juga harus didasarkan pada kemampuan para peternak.  Penggunaan teknologi yang terlalu maju justru menyebabkan para peternak mengalami kesulitan karena culture shock.  Penggunaan teknologi secara tepat guna lebih mungkin diterapkan secara bertahap, misalnya penerapan seleksi bibit pada sapi local, control perkawinan, serta pengolahan dan penggunaan bahan pakan murah berkualitas.

f.       Perkawinan Tidak Terkontrol

Dalam peternakan yang dikelola secara tradisional, biasanya sapi-sapi dilepas bebas di suatu padang penggembalaan dan dikandangkan secara berkelompok tanpa memisahkan jantang dan betinanya.  Hal ini seringkali menyebabkan terjadinya perkawinan yang tidak diinginkan yang menghasilkan keturunan bermutu genetic rendah atau terjadi erosi genetic.  Akibatnya, produktivitas sapi local semakin rendah.

Sumber : Buku Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. oleh Ir.  Herry Soeprapto, MP & Ir. Zainal Abidin

Popular Posts