Info Peternakan. Pada dasarnya faktor yang sangat signifikan mengancam upaya pelestarian satwa anoa adalah adanya aktivitas manusia dengan segala bentuknya baik secara langsung maupun tidak langsung, sadar atau tidak sadar bahkan segaja atau tidak sengaja, telah mengakibatkan satwa anoa berada pada ambang kepunahan. Manansang, dkk. (1996) mengatakan juga bahwa faktor lain yang tidak boleh diabaikan adalah kejadian bencana alam seperti kebakaran hutan, gunung meletus, bahaya banjir atau angin topan.
Beberapa faktor yang dapat mengancam kepunahan anoa, sebagai berikut :
1) Pemburu Liar (Hunting) dan Perdagangan Anoa Ilegal
2) Kerusakan/Kehilangan Habitat yang SesuaiKegiatan perburuan liar terhadap satwa anoa, menurut Manansang, dkk. (1996) merupakan penyebab utama dan secara langsung mengakibatkan turunnya populasi anoa. Para pemburu liar anoa ini umumnya di dorong keinginan untuk memperoleh daging, dalam kasus-kasus tertentu para pemburu liar juga juga menjual hasil buruannya berupa tengkorak dan auat tanduk. Pada tahun 1970-an pernah dilaporkan adanya sepasang anoa yang dijual hidup untuk diselundupkan ke luar negeri dengan harga US$ 3.000,- per ekor.Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pada tahun 1970-an pernah ada kasus penjualan anoa hidup yang akan diselundupkan ke luar negeri. Harga satu ekor anoa saat itu mencapai US$ 3.000, jika digunakan kurs dollar Rp. 7.500,- maka harga seekor anoa hidup benilai Rp. 22.500.000,-. Bagi mereka yang perhatiannya kurang terhadap upaya penyelamatan keanekaragaman sumber daya hayati, harga yang ditawarkan diatas akan men jadi motofasi dan memberikan semangat yang besar untuk menangkap anoa. Manansang, dkk. (1996) mengatakan bahwa pada toko-toko cendra mata di daerah Rantepao dan Makale Kabupaten Tanah Toraja sering pula dijual bagian tubuh anoa, seperti tanduk dan auat tengkorak, tetapi bagian tubuh anoa tersebut kurang laku, meskipun ditawarkan dengan harga yang cukup murah. Wisatawan yang kebanyakan berasal dari mancanegara tersebut kurang tertarik dengan cendra mata dari bagian tubuh anoa. Kenyataan ini tidak mengherankan mengingat pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap keanekaragaman sumber daya hayati sangat tinggi.
Hilangnya/rusaknya habitat yang sesuai untuk kehidupan anoa di dalam kawasan hutan lindung, selain disebabkan oleh perluasan areal pertanianm, juga banyak diakibatkan oleh adanya kegiatan di sector pertambangan, dan eksploitasi hutan (khususnya penebangan kayu). Kondisi ini diperparah lagi dengan masih adanya petani yang terbiasa hidup dengan cara perladangan berpindah, dimana mereka menebang dan membakar hutan kemudian ditanami sebagian kecil dari hutan yang ditebang sebanyak 3 - 4 kali musim tanam, dan selanjutnya ditinggalkan untuk membuka lahan yang lain. Apabila pemerintah tidak menindak lanjuti, dikhawatirkan satwa langka ini akan berubah status terancam punah menjadi status pernah ada.3) Penyakit
Adanya serangan penyakit (terutama penyakit menular) menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan populasi kedua spesies anoa (Grzimek, 1990 dalam Manansang, dkk. (1996). Sementara itu adanya ternak domestik, bahkan introduksi rusa ke dalam populasi anoa dapat menimbulkan resiko menularnya berbagai penyakit pada anoa. Jenis penyakit yang sering diderita oleh ternbak sapi dan kerbau, ditemukan juga pada satwa anoa yang ditangkarkan, penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh virus misalnya Akabane viral abortion yang ditularkan memalui gigitan nyamuk, penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti Tuberculosis, Streptococcus dan Brucellosis, penyakit yang disebabkan oleh parasit seperti Strongilus, Ticks dan Ascaris, serta penyakit yang disebabkan oleh jamur seperti Aspergillus.Penyusun : Popalayah
Judul Makalah : Habitat dan Status Populasi Anoa
Di Presentasikan Pada Seminar Jurusan Universitas Hasanuddin Makassar