Keadaan Sapi Peranakan Ongole
Nenek moyang dari sapi perakanan Ongole adalah sapi Ongole dan Sapi Jawa.
Sapi Ongole disebut juga sapi Nellore, karena berasal dari suatu daerah India yang disebut Nellore, tetapi sekarang banyak terdapat di daerah Guntur yang terletak di Madras India (Joshi dan Philips, 1953 yang dikutip oleh Marjoto, 1974). Menurut Williamson dan Payne (1959) serta Sudrajat (1978) sapi ongole berasal dari daerah Madras di India yang mempunyai curah hujan berkisar antara 76,2 - 88,9 cm per tahun, temperatur maksimumnya 17,9oC pada bulan Desember dan Januari. Pernyataan ini di dukung oleh Williamson dan Payne (1971) yang mengemukakan bahwa, tempat asal sapi ongole ialah daerah Guntur, Krisna dan Nellore yang masih termasuk distrik Madras, terletak pada 19o - 16,1o! lintang utara dan 79,4o! - 80,2o! bujur timur.
Perihal sapi Jawa, yang semula tersebar luas diseluruh pulau jawa, menurut Williamson dan Payne (1971) yang dikutip oleh Sudrajat (1978), sapi Jawa identik dengan sapi MAdura, selanjutnya menyatakan, sapi Jawa berasal dari persilangan antara sapi Zebu dan Banteng yang diawali sekitar tahun 1500 Masehi.
Data inventarisasi hewan tahun 1967 menunjukkan bahwa, jumlah sapi Peranakan Ongole telah mencapai 59,4 persen dari populasi diseluruh Indonesia, tetapi di pulau Jawa dan Madura diperkirakan sekitar 67 persen dari populasi yang ada (Anonim, 1975).
Sebagai hasil dari Ongolisasi bahwa, sapi di Pulau Jawa semua sudahberwarna putih, disamping perawakan yang besar, bergelambir pada sepanjang garis bawah leher, dada sampai pusar dan bergumba pada bagian pundaknya (Atmadilaga, 1976).
Sapi Peranakan Ongole merupakan hasil persilangan sapi Ongole dan sapi lokal yang umumnya memperlihatkan ukuran tubuh lebih besar dan berat rata-rata 302 kg yang menghasilkan tenaga dan daging yang lebih baik dari sapi JAwa. Perkembangan yang baik hanya mungkin terjadi apabila sifat ternak tersebut serasi atau cocok dengan keadaan lingkungan di sekitarnya (Rangkuti, 1971).